Stereochemical Considering in Planning Synthesis
(Pertimbangan
Stereokimia dalam Merancang Sintesis)
7.1 Retrosynthetic
Strategies
Strategi retrosintetik dibutuhkan
karena pemilihan bahan dasar (starting
material) untuk reaksi sintesis didasarkan pada reaksi retrosintetik
tersebut sekaligus sebagai strategi atau pemandu dalam melakukan reaksi
sintesis.
Analisis retrosintetik hanya akan
menghasilkan hasil yang bermanfaat jika diarahkan ke beberapa tujuan. Tujuan
dasarnya adalah untuk menghasilkan prekursor yang sesuai dengan bahan awal yang
tersedia. Kemudian, diarahkan menjadi generasi prekursor yang lebih mudah
disintesis daripada target awal; prekursor tersebut cenderung lebih dekat
dengan senyawa yang tersedia daripada target awal. Analisis retrosintetik
diarahkan untuk penyederhanaan molekuler. Corey
telah merumuskan lima jenis strategi utama yang mengarah pada penyederhanaan
yang diinginkan yaitu :
1. Functional-group
based strategies (strategi berdasarkan gugus fungsi)
2. Topological
strategies (strategi berdasarkan topologi)
3. Transform-based
strategies (strategi berdasarkan transformasi)
4. Structure-goal
strategies (strategi berdasarkan struktur tujuan)
5. Stereochemical strategies (strategi berdasarkan
stereokimia)
Stereochemical strategies berfokus pada
penghapusan stereocenters (pusat
stereokimia) dibawah stereocontrol (kontrol
stereokimia). Stereocontrol dapat dicapai melalui kontrol mekanistik atau
kontrol substrat. Rekoneksi dilakukan untuk memindahkan stereocenter dari
rantai alifatik (sulit untuk diperkenalkan) ke dalam cincin (jauh lebih mudah
dikenali).
7.2 Approaches to Planning Practical Organic Syntheses
Permasalahan dalam sintesis pada
dasarnya adalah masalah dalam desain dan perencanaan. Mengingat sintesis hanya
menghasilkan 1 senyawa organik tertentu, dimana senyawa target telah
didefinisikan secara tepat, baik sebagai struktur maupun stereokimia. Maka selalu
ada berbagai cara agar tujuan tersebut dapat dicapai yaitu melalui penggunaan
bahan awal yang sama atau yang berbeda.
A. Methodology
(Metode)
Metodologi umum dalam perencanaan
sintesis melibatkan dua langkah, yaitu (1) Mempertimbangkan berbagai cara yang
memungkinkan kerangka karbon yang diinginkan dapat dibangun, baik dari molekul
yang lebih kecil atau oleh perubahan pada beberapa kerangka yang ada. (2)
Mempertimbangkan pembentukan gugus fungsi yang diinginkan pada rangka karbon
yang diinginkan juga. Dalam banyak kasus, gugus fungsi yang diinginkan dapat
dihasilkan sebagai konsekuensi dari reaksi dimana kerangka yang diinginkan itu
sendiri dihasilkan.
Pilihan rute terbaik biasanya
dibuat dengan mempertimbangkan :
1. Ketersediaan bahan awal
2. Kesederhanaan berbagai langkah dan skala sintesis
3. Jumlah langkah pemisahan yang terlibat
4. Hasil dari setiap langkah
5. Kemudahan pemisahan dan pemurnian produk yang
diinginkan dari produk samping dan stereoisomernya.
B. Starting Materials
(Bahan dasar)
Bahan awal organik termurah yang
tersedia adalah metana, etena, etin, propena, butena, benzena, dan metilbenzena
(toluena). Banyak bahan kimia yang dapat disiapkan dengan mudah dan hasil yang tinggi
dari salah satu hidrokarbon tersebut. Alasan lainnya karena relatif tidak mahal
dan banyak tersedia.
7.3
Some Principles in Control of Stereochemistry
Stereokontrol untuk
cincin sikloheksana dalam kimia organik sebagian besar difokuskan pada posisi
preferensial aksial/ekuatorial substituen pada cincin. Stereokontrol
makrosiklik difokuskan pada pemodelan substitusi dan reaksi dari cincin dalam
kimia organik, dimana unsur-unsur stereogenik jarak jauh memberikan pengaruh
konformasi yang cukup untuk mengarahkan hasil reaksi.
Dalam reaksi
stereokimia, jika terdapat diastereomer maka sebaiknya dipisahkan terlebih
dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi
96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru
dari diastereomer produk asli. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memisahkan
diastereomer itu sehingga diastereomer bisa menjadi 0% dan enantiomer produk
asli menjadi optimum.
7.4 Problem of substituents and stereoisomers
Situasi menjadi kompleks ketika kemungkinan
isomer yang tidak diinginkan akan dihasilkan juga pada langkah-langkah sintesis
yang berbeda. Reaksi yang menghasilkan isomer tunggal (reaksi diastereospesifik)
dalam hasil yang baik lebih disukai. Beberapa reaksi seperti Diels-Alder
menghasilkan beberapa stereopoint (titik dimana stereoisomer dihasilkan) secara
bersamaan dalam satu langkah dengan cara yang sangat dapat diprediksi. Namun, senyawa
murni pada step terakhir reaksi biasanya masih memiliki 50% enansiomer yang
tidak diinginkan, sehingga dapat menyebabkan penurunan drastis dalam efisiensi
rute. Sehingga diinginkan untuk memisahkan isomer optik sedini mungkin
sepanjang rute sintetis. Caranya dengan Chiron
Approach, dimana bahan awal yang tepat dipilih dari 'kolam kiral' yang
tersedia dengan mudah.
Question???
1.
Dalam melakukan reaksi sintesis yang melibatkan stereokimia, maka perlu
dilakukan kontrol (stereokontrol) agar didapatkan hasil sesuai keinginan.
Bagaimana caranya?
2.
Bagaimana cara untuk meingkatkan hasil dari reaksi stereokimia agar didapat
hasil optimum?
REFERENSI
Robert. J.D. dan M.C.
Caserio. 1977. Basic Principles of
Organic Chemistry, Second Edition. Menlo Park, CA : W.A. Benjamin, Inc.
Wyatt, P dan S. Warren.
2007. Organic Synthesis: Strategy and
Control. England : John Wiley & Sons Ltd,.
Hai kurnia , menurut saya :
BalasHapuspertanyaan :
1. Dalam melakukan reaksi sintesis yang melibatkan stereokimia, maka perlu dilakukan kontrol (stereokontrol) agar didapatkan hasil sesuai keinginan. Bagaimana caranya?
2. Bagaimana cara untuk meingkatkan hasil dari reaksi stereokimia agar didapat hasil optimum?
jawaban :
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
terimakasih kurnia,
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
terimakasih atas materinya.
BalasHapusmenurut saya :
1. Dalam melakukan reaksi sintesis yang melibatkan stereokimia, maka perlu dilakukan kontrol (stereokontrol) agar didapatkan hasil sesuai keinginan. Bagaimana caranya?
2. Bagaimana cara untuk meingkatkan hasil dari reaksi stereokimia agar didapat hasil optimum?
jawaban :
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
terimakasih pemaparannya
BalasHapus2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
Menurut saya agar didapat hasil optimum dengan melalui :
BalasHapus(1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau
(2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
Terimakasihh atas materinya kak, menurut saya:
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
terimakasih atas materinya.
BalasHapusmenurut saya :
1. Dalam melakukan reaksi sintesis yang melibatkan stereokimia, maka perlu dilakukan kontrol (stereokontrol) agar didapatkan hasil sesuai keinginan. Bagaimana caranya?
2. Bagaimana cara untuk meingkatkan hasil dari reaksi stereokimia agar didapat hasil optimum?
jawaban :
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
Hai kak kur. Terimakasih atas materinya kak
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
Terimakasih kk atas materi yg disampaikan.
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
BalasHapus2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
Hayy kurniaaa...
BalasHapusBanyak cake d blogmuu aku lapar..
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
Hayy kak kurrniaaa
BalasHapusMatery yg sangat menarik wkwkkw
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
Kira2 sprti itu kak
hai cu, menurut saya
BalasHapus2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
jawaban :
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
Terima kasih kk atas informasinya.
BalasHapusHmmmm saya akan mencoba untuk menjawab
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
terima kasiha atas materinya, menurut saya cara untuk meingkatkan hasil dari reaksi stereokimia agar didapat hasil optimum yaitu Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
BalasHapusterima kasih materinya,
BalasHapusmenurut saya cara untuk meingkatkan hasil dari reaksi stereokimia agar didapat hasil optimum yaitu Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
terima kasih materinya kak nastira,
BalasHapusmenurut saya cara untuk meingkatkan hasil dari reaksi stereokimia agar didapat hasil optimum yaitu Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
Terimakasih kk atas materi yg disampaikan.
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
untuk kedua jawaban diastereomer dari reagen yang digunakan harus dipilah dulu sebelum direaksikan maka akan didapatkan hasil optimum untuk produk sintesisnya
BalasHapusMateri yang menarik Kurnia,
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
Halo Kurnia, jawabannya adalah:
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
Selamat bermalam minggu
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
BalasHapus2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
erimakasih kurnia,
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
BalasHapushi dde ssi
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik.
Hai curr
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik.
Terimakasih atas materinya kkurn.
BalasHapusDaku kan coba menjawab.
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
Menurut saya jawaban no. 1 kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
BalasHapusMenurut yonanda jawabannya:
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
makasih kak atas informasinya, menurut saya
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
BalasHapusTerimakasih kak materinya
BalasHapusJawabannya
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
LJawaban:
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
Hal yang perlu diperhatikan yaitu Rancangan , Telah diketahui senyawanya, dan Dapat diprediksi produk yang akan terjadi.
BalasHapus2. tahapannya yaitu, 1. Menentukan kedudukan kaarbon yang terkandung dalam bahan awal yang terdapat pada target. 2. Diskoneksi ikatan yang memberikan penyederhanaan secara maksimum. 3. Menggunakan konsep donor –akseptor untukn mengubah hasil-hasil diskoneksi menjadi bagian-bagian nukleofilik dan elektrofilik. 4. Menentukan kedudukan pasangan ion intermediate yang paling cocok untuk menyepurnakan sintesis ikatan karbon-karbon yang diinginkan
terimkasih nia
BalasHapusmenurut saya
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
BalasHapus2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
menurut saya
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
terimakasih ats penjelasan materinya kurnia
BalasHapus1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
hai kak kurnia
BalasHapusjawaban pertanyaan kakak :
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
BalasHapus2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.
1. Kontrol stereokimia dalam reaksi sintesis, dilakukan melalui stereoselektifitas yang biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan sehingga akan mengganggu hasil.
BalasHapus2. Melalui : (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.